Apa saja materi yang dipelajari dari Ergonomi?

Pengantar Ergonomi

Materi ergonomi meliputi berbagai topik terkait dengan interaksi manusia dengan lingkungan kerjanya, antara lain:

  1. Anatomi dan fisiologi manusia: pengetahuan tentang bagaimana tubuh manusia bekerja dan merespons beban kerja.

  2. Prinsip ergonomi: konsep-konsep dasar ergonomi, seperti posisi tubuh yang baik, gerakan yang aman, dan penggunaan alat dan peralatan yang ergonomis.

  3. Pemetaan lingkungan kerja: analisis lingkungan kerja yang mencakup elemen seperti ruangan, pencahayaan, kebisingan, suhu, dan kelembaban.

  4. Beban kerja: penilaian dan evaluasi terhadap beban kerja yang mencakup beban fisik dan psikologis yang diterima oleh pekerja.

  5. Postur dan gerakan: pengenalan posisi dan gerakan yang baik saat bekerja, termasuk pengaturan meja dan kursi, posisi bahu, punggung, tangan, dan kaki.

  6. Kebutuhan ergonomi khusus: pertimbangan ergonomi khusus untuk pekerja dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti luka, gangguan muskuloskeletal, dan gangguan penglihatan.

  7. Perancangan dan evaluasi peralatan kerja: pengenalan dan evaluasi alat dan peralatan kerja, termasuk alat kontrol, layar, dan peralatan lainnya.

  8. Keselamatan dan kesehatan kerja: pengenalan risiko dan bahaya pada lingkungan kerja, termasuk bahaya fisik, kimia, biologis, dan lingkungan.

  9. Evaluasi dan pengukuran: pengenalan teknik pengukuran dan evaluasi beban kerja, penilaian resiko ergonomi, dan evaluasi efektivitas perbaikan ergonomi.

Materi ergonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kinerja pekerja, mengurangi cedera dan penyakit akibat kerja, dan meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja secara keseluruhan.

1. Anatomi dan Fisiologi Manusia

Materi ergonomi tentang anatomi dan fisiologi manusia membahas tentang struktur dan fungsi tubuh manusia yang berperan dalam interaksi dengan lingkungan kerja. Hal ini meliputi pemahaman terhadap sistem muskuloskeletal, sistem saraf, sistem kardiovaskular, sistem respirasi, dan sistem pencernaan. Beberapa konsep penting yang dipelajari dalam materi ini antara lain:

  1. Biomekanika tubuh manusia: ergonomi mempelajari bagaimana tubuh manusia bergerak, menyeimbangkan, dan menahan beban selama aktivitas kerja. Hal ini melibatkan pemahaman terhadap bagaimana otot dan tulang berinteraksi satu sama lain, serta bagaimana posisi tubuh dan gerakan yang dihasilkan dapat mempengaruhi beban kerja pada tubuh.

  2. Respon fisiologis terhadap lingkungan kerja: ergonomi juga mempelajari bagaimana sistem tubuh manusia merespons lingkungan kerja, seperti suhu, kelembaban, dan tekanan udara. Hal ini melibatkan pemahaman terhadap bagaimana tubuh mengatur suhu dan cairan tubuh, serta bagaimana hal-hal tersebut dapat mempengaruhi kinerja dan kesehatan pekerja.

  3. Ergonomi visual: ergonomi juga mempelajari bagaimana sistem penglihatan manusia bekerja dan berinteraksi dengan lingkungan kerja. Hal ini melibatkan pemahaman terhadap bagaimana cahaya dan warna dapat mempengaruhi kinerja visual, serta bagaimana tata letak dan ukuran benda-benda di tempat kerja dapat mempengaruhi kemampuan pekerja untuk melihat dan memahami informasi.

  4. Ergonomi auditif: ergonomi juga mempelajari bagaimana sistem pendengaran manusia bekerja dan berinteraksi dengan lingkungan kerja. Hal ini melibatkan pemahaman terhadap bagaimana kebisingan dan suara dapat mempengaruhi kinerja dan kesehatan pekerja, serta bagaimana penempatan dan tata letak peralatan dapat mempengaruhi kenyamanan dan efektivitas pekerjaan.

Materi ergonomi tentang anatomi dan fisiologi manusia bertujuan untuk memperluas pemahaman pekerja tentang bagaimana tubuh mereka bekerja dan merespons lingkungan kerja, serta bagaimana mereka dapat mengoptimalkan kinerja dan mengurangi risiko cedera dan penyakit akibat kerja.

2. Prinsip Ergonomi

Prinsip ergonomi adalah tentang memahami karakteristik individu dan memadukan antara pekerja, tugas dan lingkungan kerja agar tercipta kondisi kerja yang sehat dan produktif. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Prinsip kesesuaian antara tugas dan pekerjaan: Tugas dan pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja harus sesuai dengan kemampuan fisik dan kognitif mereka.

  2. Prinsip pengurangan kelelahan: Pekerjaan yang dijalankan harus mampu mengurangi kelelahan pada pekerja.

  3. Prinsip pengurangan risiko cedera: Pekerjaan yang dijalankan harus mampu mengurangi risiko cedera dan gangguan kesehatan pada pekerja.

  4. Prinsip pencegahan kelelahan visual: Pekerjaan yang dijalankan harus mampu mencegah kelelahan visual pada pekerja.

  5. Prinsip pengurangan stres kerja: Pekerjaan yang dijalankan harus mampu mengurangi stres kerja pada pekerja.

  6. Prinsip pengaturan lingkungan kerja: Lingkungan kerja harus dirancang sedemikian rupa agar pekerja dapat bekerja dengan nyaman dan aman.

  7. Prinsip pengurangan waktu kerja: Pekerjaan yang dijalankan harus mampu mengurangi waktu kerja yang berlebihan pada pekerja.

  8. Prinsip penerapan teknologi: Teknologi yang digunakan dalam pekerjaan harus dirancang sedemikian rupa agar dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pekerjaan, serta meminimalkan risiko cedera dan gangguan kesehatan pada pekerja.

Dengan memperhatikan prinsip ergonomi ini, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, kesehatan, dan kenyamanan kerja bagi pekerja, serta mencegah risiko cedera dan gangguan kesehatan akibat kerja.

3. Pemetaan Lingkungan Kerja

Pemetaan lingkungan kerja pada materi ergonomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengevaluasi dan memperbaiki faktor-faktor lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan kerja pekerja. Pemetaan lingkungan kerja meliputi identifikasi dan analisis faktor-faktor seperti suhu, kelembaban, pencahayaan, kebisingan, ventilasi, ukuran ruangan, dan lain-lain yang dapat mempengaruhi kesehatan dan produktivitas pekerja.

Dalam pemetaan lingkungan kerja, dilakukan pengukuran, pengamatan, dan evaluasi terhadap kondisi lingkungan kerja untuk menentukan apakah sudah memenuhi standar ergonomi atau tidak. Jika ada faktor-faktor lingkungan kerja yang tidak memenuhi standar ergonomi, maka dilakukan perbaikan atau penyesuaian terhadap lingkungan kerja tersebut agar dapat menciptakan kondisi kerja yang sehat, nyaman, dan aman bagi pekerja.

Pemetaan lingkungan kerja juga dapat membantu dalam mengidentifikasi risiko cedera dan gangguan kesehatan pada pekerja, serta memberikan rekomendasi dan strategi perbaikan untuk mengurangi risiko tersebut. Dengan melakukan pemetaan lingkungan kerja secara berkala, diharapkan dapat terus memperbaiki kondisi lingkungan kerja dan menciptakan kondisi kerja yang lebih baik bagi pekerja.

Dalam pemetaan lingkungan kerja yang baik, penting untuk melibatkan pekerja atau karyawan dalam proses identifikasi dan evaluasi faktor-faktor lingkungan kerja. Hal ini akan meningkatkan kesadaran pekerja terhadap pentingnya kondisi lingkungan kerja yang baik dan juga dapat memberikan masukan atau saran untuk perbaikan lingkungan kerja yang lebih efektif. Selain itu, pemetaan lingkungan kerja yang baik juga harus didukung dengan alat dan peralatan pengukuran yang tepat, serta ahli yang terlatih dalam melakukan pengukuran dan analisis kondisi lingkungan kerja.

4. Beban Kerja

Dalam konteks ergonomi, beban kerja merujuk pada semua faktor-faktor yang terlibat dalam pekerjaan, baik fisik maupun mental, yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kinerja pekerja. Beban kerja dapat terdiri dari beberapa faktor, seperti beban fisik, beban mental, beban sosial, dan beban lingkungan kerja.

Beban fisik mencakup semua aktivitas fisik yang dilakukan pekerja, seperti angkat-muat, membawa beban, atau gerakan yang berulang-ulang. Beban mental mencakup aspek-aspek seperti kesulitan tugas, waktu kerja yang ketat, atau keputusan yang sulit. Beban sosial mencakup interaksi sosial dan dinamika tim kerja, termasuk konflik dan tekanan dari rekan kerja atau atasan. Beban lingkungan kerja mencakup faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, pencahayaan, kebisingan, dan ventilasi.

Dalam ergonomi, tujuan pengukuran beban kerja adalah untuk mengevaluasi sejauh mana beban kerja yang diterima oleh pekerja memenuhi standar ergonomi yang aman dan efektif. Jika beban kerja terlalu tinggi, dapat menyebabkan stres fisik dan mental pada pekerja, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko cedera, kelelahan, dan keluhan kesehatan lainnya. Oleh karena itu, memahami beban kerja dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi beban kerja yang tinggi sangat penting untuk menjaga kesehatan dan kinerja pekerja yang optimal.


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi beban kerja, baik secara fisik maupun mental, di antaranya:

  1. Tugas yang kompleks dan sulit
  2. Tekanan waktu yang ketat dan jadwal kerja yang padat
  3. Lingkungan kerja yang tidak nyaman, seperti suhu atau kelembaban yang ekstrem
  4. Beban fisik yang berat atau berulang, seperti angkat-muat atau gerakan yang berulang-ulang
  5. Kekurangan istirahat atau waktu istirahat yang tidak memadai
  6. Konflik sosial dan interaksi yang sulit dengan rekan kerja atau atasan
  7. Keterampilan dan pengalaman yang tidak memadai
  8. Stres kerja atau masalah pribadi di luar pekerjaan yang mempengaruhi keseimbangan psikologis dan emosional seseorang.

Faktor-faktor ini dapat berbeda-beda tergantung pada jenis pekerjaan dan lingkungan kerja, namun dapat memberikan dampak buruk pada kesehatan fisik dan mental pekerja, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kinerja mereka. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi faktor-faktor ini dan diatasi dengan cara-cara yang sesuai untuk meminimalkan beban kerja yang berlebihan dan menjaga kesehatan dan kinerja pekerja yang optimal.

5. Postur dan gerakan

Postur dan gerakan yang baik merupakan bagian penting dari ergonomi, karena dapat membantu mencegah cedera dan ketidaknyamanan yang terkait dengan beban kerja fisik. Berikut adalah beberapa prinsip postur dan gerakan yang baik menurut ergonomi:
  1. Posisi tubuh yang netral: Postur tubuh yang baik adalah posisi tubuh yang natural dan teratur, di mana tulang belakang tetap sejajar dengan bahu dan panggul, dan pinggang dan leher dalam posisi netral. Hindari posisi tubuh yang memutar, membungkuk, atau menekuk secara berlebihan.

  2. Posisi duduk yang benar: Duduk dengan nyaman di kursi dengan punggung lurus, bahu rileks, kaki yang terletak datar di lantai, dan lutut sejajar dengan pinggul. Gunakan bantal atau penyangga bila perlu untuk menjaga postur tubuh yang baik.

  3. Penggunaan alat bantu yang tepat: Pastikan penggunaan alat bantu seperti kursi, meja, dan komputer sesuai dengan ukuran dan postur tubuh Anda. Alat bantu yang tidak cocok dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan cedera.

  4. Gerakan yang tepat: Hindari gerakan yang tiba-tiba dan berlebihan, seperti memutar badan atau menekuk lutut. Gunakan teknik angkat yang benar untuk mengangkat beban yang berat, yaitu dengan mengambil beban dari posisi yang rendah dan mengangkat dengan bantuan kaki dan otot-otot punggung.

  5. Istirahat secara teratur: Beristirahatlah secara teratur untuk mencegah kelelahan otot dan ketidaknyamanan. Berdirilah atau berjalan-jalan selama beberapa menit setiap jam, dan istirahatkan mata Anda dari layar komputer setiap beberapa jam.

Prinsip-prinsip ini dapat membantu Anda menjaga postur dan gerakan yang baik saat bekerja, sehingga dapat mencegah ketidaknyamanan dan cedera, serta meningkatkan kenyamanan dan kinerja Anda di tempat kerja.

6. Kebutuhan ergonomi khusus

Kebutuhan ergonomi khusus merujuk pada penyesuaian lingkungan kerja dan alat kerja untuk memenuhi kebutuhan individu dengan kondisi khusus. Kondisi khusus tersebut dapat berupa kecacatan fisik, penyakit tertentu, usia, jenis kelamin, dan sebagainya. Dalam konteks ergonomi, kebutuhan ergonomi khusus sangat penting untuk diperhatikan agar individu dengan kondisi khusus dapat bekerja secara optimal tanpa mengalami ketidaknyamanan atau bahkan cedera akibat lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan kondisi mereka.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kebutuhan ergonomi khusus antara lain:

  1. Kondisi fisik individu: Ergonomi khusus harus mempertimbangkan kondisi fisik individu, termasuk kecacatan fisik, tinggi badan, berat badan, usia, dan jenis kelamin. Ini bisa mempengaruhi postur kerja dan alat kerja yang digunakan.

  2. Jenis pekerjaan: Ergonomi khusus juga harus mempertimbangkan jenis pekerjaan yang dilakukan. Misalnya, pekerjaan yang membutuhkan penggunaan tangan atau lengan yang intensif akan memerlukan alat kerja yang berbeda dengan pekerjaan yang memerlukan posisi duduk yang lama.

  3. Pergerakan tubuh: Ergonomi khusus harus mempertimbangkan pergerakan tubuh individu, seperti mobilitas sendi atau kemampuan untuk membungkuk atau mengangkat barang. Ini bisa mempengaruhi desain tempat kerja dan alat kerja yang digunakan.

  4. Lingkungan kerja: Ergonomi khusus harus mempertimbangkan lingkungan kerja yang akan mempengaruhi kesehatan individu, seperti suhu dan kelembaban. Misalnya, individu dengan kondisi tertentu mungkin memerlukan suhu dan kelembaban yang berbeda dari lingkungan kerja yang normal.

  5. Peraturan dan kebijakan: Ergonomi khusus harus mempertimbangkan peraturan dan kebijakan yang berlaku di tempat kerja terkait dengan kebutuhan individu dengan kondisi khusus. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa kebutuhan individu dengan kondisi khusus terpenuhi dan memperoleh perlakuan yang adil dan seimbang


7. Perancangan dan evaluasi peralatan kerja

Perancangan dan evaluasi peralatan kerja dalam konteks ergonomi adalah proses merancang dan mengevaluasi peralatan kerja agar sesuai dengan kebutuhan fisik dan kognitif pekerja. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi kerja, kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan pekerja. Proses ini melibatkan mengidentifikasi risiko dan bahaya pada tempat kerja dan mengembangkan solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

Perancangan dan evaluasi peralatan kerja yang baik akan memperhitungkan berbagai faktor ergonomi seperti postur kerja, gerakan tubuh, gaya dan kekuatan yang digunakan, serta lingkungan kerja. Selain itu, aspek kognitif seperti pemahaman tugas, pemrosesan informasi, dan pengambilan keputusan juga perlu diperhatikan.

Proses perancangan dan evaluasi peralatan kerja dalam konteks ergonomi melibatkan langkah-langkah berikut:

  1. Identifikasi kebutuhan ergonomi: Identifikasi kebutuhan ergonomi dilakukan dengan mengumpulkan informasi tentang tugas yang dilakukan oleh pekerja, postur dan gerakan yang terkait, serta faktor-faktor lingkungan.

  2. Analisis ergonomi: Analisis ergonomi dilakukan untuk menilai risiko dan bahaya pada tempat kerja, serta untuk mengidentifikasi masalah ergonomi yang mungkin muncul.

  3. Perancangan: Perancangan melibatkan pengembangan desain solusi untuk mengatasi masalah ergonomi yang telah diidentifikasi. Desain ini harus mempertimbangkan postur kerja, gerakan tubuh, kekuatan dan gaya yang digunakan, serta lingkungan kerja.

  4. Implementasi: Implementasi melibatkan penerapan solusi yang telah dirancang dan dikembangkan.

  5. Evaluasi: Evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas dari solusi yang telah diterapkan. Jika solusi tidak efektif, maka proses perancangan dan evaluasi harus diulang.

  6. Perbaikan: Proses perbaikan dilakukan untuk memperbaiki solusi yang telah diterapkan dan menyelesaikan masalah yang masih terjadi.

Dengan melakukan perancangan dan evaluasi peralatan kerja dalam konteks ergonomi, dapat meningkatkan kesehatan dan keselamatan pekerja, meningkatkan produktivitas, serta mengurangi biaya dan risiko kecelakaan kerja.

8. Keselamatan dan kesehatan kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja dalam konteks ergonomi adalah upaya untuk menjaga keselamatan dan kesehatan karyawan yang bekerja dengan mengurangi risiko cedera dan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan kerja yang tidak ergonomis. Hal ini melibatkan penerapan prinsip-prinsip ergonomi dalam merancang lingkungan kerja, peralatan, dan proses kerja agar sesuai dengan kemampuan fisik dan psikologis karyawan.

Prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja dalam konteks ergonomi meliputi pengurangan risiko cedera dan penyakit akibat kerja, penggunaan alat pelindung diri yang sesuai, pengaturan tata letak ruang kerja dan peralatan agar aman dan nyaman digunakan, serta edukasi dan pelatihan bagi karyawan untuk menghindari cedera dan penyakit akibat kerja. Dalam rangka mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja yang optimal, perlu dilakukan evaluasi dan pemantauan secara teratur terhadap lingkungan kerja dan peralatan yang digunakan.

9. Evaluasi dan pengukuran

Evaluasi dan pengukuran dalam konteks ergonomi merujuk pada proses untuk mengukur, mengevaluasi, dan memantau faktor-faktor lingkungan kerja yang memengaruhi beban kerja karyawan, termasuk risiko ergonomi yang terkait dengan lingkungan kerja dan aktivitas kerja.

Teknik pengukuran dan evaluasi beban kerja digunakan untuk mengukur dan menilai seberapa besar beban kerja yang diterima oleh karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas kerja tertentu. Teknik ini melibatkan pengukuran parameter-parameter tertentu, seperti waktu kerja, frekuensi gerakan, dan kekuatan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Dengan demikian, evaluasi beban kerja dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kinerja karyawan dan memperbaiki keefektifan dan efisiensi pekerjaan.

Penilaian risiko ergonomi adalah proses evaluasi risiko terhadap kesehatan dan keselamatan karyawan yang dihasilkan dari faktor-faktor ergonomi yang buruk. Dalam hal ini, risiko ergonomi merujuk pada potensi cedera atau penyakit akibat kerja yang terkait dengan faktor-faktor lingkungan kerja yang tidak ergonomis. Penilaian risiko ergonomi dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan kerja yang berisiko dan menyediakan rekomendasi untuk memperbaiki kondisi kerja yang tidak ergonomis.

Evaluasi efektivitas perbaikan ergonomi adalah proses untuk mengevaluasi seberapa efektif perbaikan ergonomi yang telah dilakukan dalam meningkatkan kondisi kerja karyawan. Evaluasi efektivitas perbaikan ergonomi dapat membantu mengukur dampak dari tindakan perbaikan yang telah diambil, mengidentifikasi area yang masih perlu diperbaiki, serta mengembangkan rencana tindakan berikutnya untuk meningkatkan kondisi kerja yang tidak ergonomis.

Komentar